Kamis, 10 Maret 2011

Pengembangan Wawasan Internasional BEM Tingkat Perguruan Tinggi Ke Turki

Pendidikan nasional diharapkan mampu menciptakan insan akademik yang paripurna, yaitu berwawasan luas, menguasai ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, serta mempunyai visi kepemimpinan. Pendidikan juga diharapkan mampu menegakkan nilai-nilai budaya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan upaya peningkatan mutu mahasiswa Indonesia salah satunya melalui suatu bentuk program pengembangan wawasan internasional Tokoh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi Indonesia ke berbagai perguruan tinggi ternama di luar negeri untuk melihat kegiatan dan atau organisasi kemahasiswaan yang ada di perguruan tinggi bersangkutan. Pada wacana itulah yang membuat Pak Presiden BEM STIKES Jendral A. Yani Yogyakarta ini eksis di Luar Negeri. Pemuda yang bernama lengkap Uray Chandra Dwiza ini adalah salah satu dari 14 rombongan BEM yang terpilih untuk mewakili perguruan tinggi seluruh Indonesia ke Turki, dimana sebelumnya melalui seleksi yang cukup ketat mulai dari dari pembuatan paper, seleksi di kampus, seleksi di tingkat nasional, seleksi di tingkat regional dan diakhiri dengan interview. Kesuksesan itu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari orang tua, teman-teman, dosen pembimbing, dan pihak kampus, ungkapnya tersenyum. Kegiatan yang berlangsung selama 10 hari itu dilalui dengan 3 hari kegiatan Pre-Departure Training (PDT) di Hotel Kaisar Jakarta dan 7 hari pelaksanaan kunjungan yang berangkat pada sabtu 17 Juli 2010 pukul 19.15, dimana para rombongan tersebut transit dulu di Singapura kemudian tiba di Bandara Istanbul Turki pada keesokan harinya pukul 07.00. Disana kami para rombongan sudah ditunggu oleh seorang guide yang bernama “BA” (nickname), BA-lah yang membawa kami kemana-mana sekaligus menjadi media buat kami untuk memperoleh segala informasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Kesan pertama saat berada di Kota yang dulu bernama “Konstantinopel” ini adalah Bersih dan Tata Kota yang sangat rapi. Perlu diketahui juga bahwa sebagian besar warga Negara Turki tidak dapat berbahasa inggris, jadi sangat sulit sekali untuk berkomunikasi dengan mereka. Mereka tidak memberikan pelajaran bahasa inggris di sekolah mereka, jadi jika ingin pandai berbahasa inggris mereka harus kursus, ya begitulah di Turki dari penjelasan guide kami. Masyarakat di Negara ini meyakini kalau bahasa Turki juga dipakai oleh Negara lain, padahal tidak, selain itu mereka juga mengatakan mereka ingin bahasa Turki mendunia, benar-benar sebuah jiwa nasionalisme yang sangat tinggi, hingga mereka enggan untuk belajar bahasa inggris. Saya teringat saat membeli buah di minimarket, pedagangnya memberitahukan harga melalui kalkulator . Hmm, jika saya simpulkan secara objektif, warga Indonesia boleh berbangga karena memiliki kemampuan bahasa inggris setingkat lebih baik daripada mereka, minimal orang Indonesia menghitung 1-10 menggunakan bahasa inggris anak kecil juga bisa, tapi tidak untuk warga Turki. Hal itu juga saya rasakan saat berkunjung ke beberapa Universitas, dimana hanya beberapa mahasiswa saja yang dapat menggunakan bahasa inggris, bahkan Presiden BEM mereka juga tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris secara aktif. Beralih dari permasalahan komunikasi, hal terpenting saat kunjungan ini adalah melihat system kepemimpinan dan kehidupan mahasiswa disana. Di beberapa Universitas yang kami kunjungi yaitu Istanbul Universitesi, Fatih Universitesi, Gazi Universitesi, dan Ankara Universitesi, mereka juga memiliki BEM seperti di Indonesia, mereka menyebutnya “Student Council” atau dalam bahasa Turkinya “ogrenci konseyi”. Namun yang boleh kita jadikan perbandingan dan tolak ukur adalah tugas BEM disana tidak seperti di Indonesia yang harus menganut tiga unsur yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian masyarakat. BEM mereka hanya berfokus pada penyampaian aspirasi mahasiswa. Jika kita bandingkan dengan Indonesia, mahsiswa Turki sangat tidak aktif dalam organisasi, tapi mereka lebih focus dalam grup mereka sendiri. Grup ini merupakan sekumpulan mahsiswa yang memilki program studi atau kepentingan yang sama, di dalam grup itu mereka melakukan sharing informasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat dimana dalam satu kampus bisa mencapai ratusan grup-grup mahasiswa. Jika kita telaah lebih dalam, pergerakan mahasiswa Turki sepertinya benar-benar dibatasi oleh Pemerintah mereka, jarang sekali adanya aksi mengkritisi kebijakan-kebijakan Pemerintah, kurang lebih saat di zaman Presiden Soeharto. Jika ada kritik, mereka hanya berani di lingkup kampus saja, tidak sampai turun ke jalan seperti yang sering terjadi di Indonesia. Hal menarik saat di Ankara Universitesi, presiden BEM nya memberitahukan sebuah program yang terdengar langka di Indonesia, yaitu “Makan Gratis Mahasiswa”, ternyata program ini kerjasama mereka dengan LSM Sosial, dimana mahasiswa kurang mampu akan diberikan kupon untuk mendapat makan gratis di kampus. Kita sebagai mahasiswa Indonesia seharusnya berbangga hati karena dengan sistem kepemimpinan mahasiswa yang ada sampai saat ini benar-benar memandirikan mahasiswa Indonesia. Pasalnya di Indonesia, saat mengadakan event-event tertentu, mahasiswalah yang sibuk sendiri baik itu membentuk panitia, rapat, mengajukan proposal kesana kemari, hal ini akan memberikan manfaat yang positif bagi mahasiswa khususnya yang berorganisasi. Namun tidak untuk mahasiswa di Turki, karena mereka cukup mengajukan event apa yang ingin dilaksanakan di Kampus, setelah itu mereka tinggal tunggu hari “H” event tersebut karena di Kampus mereka sudah ada Event Organizer khusus yang disediakan oleh pihak kampus, apalagi masalah dana, seperti air mengalir. Kenapa bisa seperti itu ? Ternyata setiap Kampus mempunyai main sponsor yang merupaka perusahaan-perusahaan besar seperti SAMSUNG, dll yang siap mengucurkan dana. “wah..enak banget kan ?”, ujarnya seraya bertanya.
Di Turki, mereka para rombongan tidak hanya kunjungan ke Universitas tetapi juga kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, kedutaan besar RI, bertemu persatuan pelajar mahasiwa Indonesia, berlayar, dan yang tidak terlewatkan tentunya adalah Shopping, yang Alhamdulillah semua biaya ditanggung Pemerintah, ungkapnya sembari tertawa. Saat ditanya tentang hal yang paling berkesan saat berada disana, Pria yang mengaku hobi maen futsal ini langsung saja menjawabnya dengan semangat, “ saya sangat terkesan sekali saat sempat merasakan untuk sholat di salah satu Mesjid terindah di khalifah, pedang Nabi Muhammad, bahkan jenggot nabi Muhammad juga ada, Subhanallah sempat terharu melihat dan merasakan semua itu”. Banyak sekali pengalaman yang Ia dan rombongan rasakan saat berada disana, seperti Negara dua Benua, Slogan Kecap Bango, air mahal, WC bebek, dll. Namun untuk penjelasan nya akan banyak sekali, jadi search di internet saja ya ? kata remaja yang juga aktif sebagai Ketua Asrama Mahasiswa Daerah Kalimantan Barat di Yogyakarta ini.
Akhirnya kesimpulan dari semua ini bahwa memang ada beberapa hal yang patut kita untuk kita renungkan dan pelajari bersama, pertama yaitu jiwa nasionalisme mereka yang sangat tinggi, keinginan mereka untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara melakukan penelitian-penelitian. Saran saya untuk semua teman-teman mahasiswa sekalian mulailah berorganisasi “positif” yang pada akhirnya akan memberikan sumbangsih positif kepada kita dan mulailah berbahasa inggris meskipun dalam percakapan-percakapan kecil karena dengan modal itulah kita dapat merasakan kehidupan dunia yang semakin global sampai saat ini, ungkapnya lugas.

Biodata Sumber.


Nama Lengkap : Uray Chandra Dwiza
Nama Panggilan : Chandra
TTL : Singkawang, 10 Maret 1991
Pendidikan : S1 Ilmu Keperawatan STIKES A Yani Yogyakarta, semester 6.
Kebangsaan/suku : Indonesia/ melayu
Motto : “Do the Best for Today and Never Give Up for Better Future”
Organisasi Aktif :
1. Presiden BEM STIKES Jend. A. Yani Yogyakarta, 2010-sekarang
2. Ketua Asrama Mahasiswa Daerah Kalimantan Barat “Rahadi Oesman 1” Yogyakarta, 2011-sekarang

Penulis : Alfian Nurdiansyah
Rubrik : Mahasiswa Berprestasi, SWAKA ‘’Koran Harian Kedaulatan Rakyat”, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar