Minggu, 06 Maret 2011

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NEGARA INDONESIA

PERMASALAHAN
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indonesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.


A. Definisi dan Teori Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi, adalah sebagai berikut :
(*)Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
(*) Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
(*) Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
(*) Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Teori Globalisasi, melalui cochrane dan cain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
(*) Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
~ Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
~ Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
(*) Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
(*) Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

B. Pengaruh Globalisasi di Indonesia


Kehadiran globalisasi di setiap Negara pasti membawa pengaruh yang besar bagi masing-masing Negara tidak terkecuali Indonesia. Dalam hal ini, pengaruh yang ditimbulkan bisa berupa pengaruh positif maupun pengaruh yang negatif tergantung dari ke eksistensian dan loyalitas Negara tersebut. Di Indonesia sendiri, berbagai pengaruh yang di timbulkan dan dirasakan akibat adanya globalisasi sudah terasa semakin hari semakin meluas, walaupun realisasinya belum merata diseluruh wilayah namun efek nya sudah dirasakan. Globalisasi di Indonesia terkait masalah pembangunan dan pembaharuan, masih terfokus di daerah-daerah yang umumnya berada di perkotaan. Di daerah tersebut, globalisasi dari hampir seluruh bidang kehidupan terus digalakkan. Contohnya saja di daerah Ibukota Negara Indonesia sendiri yaitu DKI Jakarta, berbagai macam pembaharuan seperti bangunan-bangunan mewah pencakar langit, maraknya mobil-mobil asing, alat telekomunikasi yang semakin canggih, dan banyak lainnya terus dilakukan sehingga membuat kota Jakarta menjadi semakin metropolitan dan modern. Dan itu semua dilakukan, tidak terlepas dari peran globalisasi antar Negara. Berbagai macam perjanjian baik bilateral, multilateral, maupun regional terus dilakukan Indonesia. Ditegaskan kembali bahwa itu semua itu dilakukan demi mengejar ketertinggalan Indonesia dari Negara lain. Realitanya, globalisasi yang dilakukan di Indonesia banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan dari setiap wilayah. Pengaruh yang positif dan negatif itulah yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Berbagai pengaruh tersebut, telah penulis coba jabarkan secara garis besar di bawah ini.

1. Pengaruh positif globalisasi di Indonesia.

(*) Dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu Negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tenggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap Negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari makin berkembangnya pendidikan terhadap disiplin ilmu politik. Oleh adanya globalisasi politik yang merupakan pergulatan global dalam mewujudkan kepentingan para pelaku yang menjalankannya, pelaku globalisasi politik menjadi tidak terbatas pada pelaku yang ada di dalam negeri saja tapi pelakunya sudah meliputi semua Negara, organisasi antar pemerintah (seperti Asean, NATO, dll), dan perusahaan internasional dan transnasional. Penanaman politik yang demokrasi dapat dilihat melalui pemilu di Indonesia.
(*) Dari aspek globalisasi ekonomi, kita lihat seperti sekarang ini sejak dibukanya pasar internasional, semakin meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa Negara karena transaksi tidak hanya dilakukan di dalam negeri saja akan tetapi di luar negeri juga dilakukan. Globalisasi ekonomi berarti liberalisasi ekonomi. Semua itu terus dilakukan oleh Indonesia dengan bekerja sama dengan Negara lain. Mulai dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, perdagangan Internasional, dan sebagainya.
(*) Dari aspek globalisasi sosial dan budaya, masyarakat Indonesia dapat meniru pola berfikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta iptek dari Negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Masyarakat Indonesia juga dapat bertukar ilmu pengetahuan terhadap kebudayaan suatu bangsa yang ada di dunia. Hal itu dapat dilihat dari makin aktifnya berbagai sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi, serta instansi-instansi kebudayaan (seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) yang ada di Indonesia dalam menjalin kerjasamanya dengan sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan instansi kebudayaan di Negara lain. Tentunya hal itu dapat meningkatkan wawasan dan memperluas kawasan budaya. Salah satu contohnya, pertukaran pelajar/mahasiswa Indonesia ke Negara lain yang biasa kita kenal dengan ‘students exchange’ baik itu dalam menempuh pendidikan maupun mengkaji kebudayaan, dan lain sebagainya.

2. Pengaruh Negatif Globalisasi di Indonesia

(*) Aspek Politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalism dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga membuat ideologi Pancasila di Indonesia menjadi semakin kabur. Dengan semakin maraknya globalisasi Indonesia maka tidak menutup kemungkinan secara perlahan dapat menggeserkan ideologi Pancasila menjadi ideologi Liberalisme.
(*) Aspek Ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) yang membanjiri sejumlah pasar di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya jati diri bangsa Indonesia sehingga dapat menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri yang kenyataannya keberadaan perusahaan kecil tersebut sudah semakin menurun pendapatannya setiap hari. Ketimpangan ekonomi dari kapitalisme pasar bebas membuat perusahaan besar semakin kaya, dan perusahaan kecil semakin miskin. Misalnya, sejak diberlakukannya AFTA, keberadaan pasar China yang menawarkan berbagai macam produk dengan harga jual rendah semakin menggeser perusahaan kecil dalam negeri di Indonesia. Produk Notebook (Laptop) buatan Luar Negeri (seperti: Axioo, Compaq, Acer, dsb) lebih diminati masyarakat Indonesia dibanding produk notebook (laptop) buatan dalam negeri Indonesia (Zyrex), dan lain sebagainya.
(*) Aspek Sosial dan Budaya, akibat semakin berkembangnya kawasan budaya membuat Disorientasi, dislokasi, atau krisis social-budaya dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih cenderung terhadap kebudayaan asing, yang sampai saat ini masih dipuja-puji oleh masyarakat Indonesia khususnya di kalangan remaja (pemuda dan pemudi). Semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme di Indonesia, membuat adat istiadat semakin terkikis. Mengakibatkan menurunnya moral dan kepribadian bangsa. Ditambah lagi dengan teknologi internet yang merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja, apalagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka setiap hari. Namun kehadiran internet disini lebih sering diselewengkan pemanfaatannya. Contohnya dalam aspek ini yakni dapat kita lihat dari cara berpakaian yang lebih cenderung mengadopsi budaya barat, perilaku yang cenderung sudah mengabaikan adat sopan santun, membuka situs-situs porno dalam ber-internet, dan masih banyak lainnya.
Secara garis besar itulah berbagai pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya globalisasi, namun jika kita kaji dan telusuri secara mendalam pengaruh tersebut tenyata banyak sekali di beberapa bagian dalam bidang tertentu, artinya globalisasi juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan teknologi dan informasi, industri dan jasa, telekomunikasi, kesehatan, pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya.

C. Analisis Penulis

Segala sesuatu pasti memiliki efek positif dan negatif, jadi jika disikapi dengan baik maka efek negatif tersebut bisa hilang secara perlahan. Dalam hal Globalisasi ini, peran pemerintah dalam suatu negara sangat diperlukan, mengingat segala aspek yang dilakukan adalah demi tercapainya suatu keadaan negara yang lebih baik. Pemerintah perlu menyikapi kehadiran globalisasi disini secara intensif dan berkelanjutan (berkala). Karena dampak/pengaruh negatif dari globalisasi ini jika dibiarkan secara terus menerus maka sama saja akan memutarbalikkan keadaan bahkan membuat keadaan (kehidupan masyarakat) Indonesia semakin terpuruk. Kesenjangan dan ketimpangan akan terjadi dan akan terus terjadi, baik antar wilayah, maupun kedudukan sosial di Indonesia.

1 komentar:

  1. thanks ya masbro postingannya bantu banget... keep fighting kedepannya!! ^^

    BalasHapus